Kamis, 02 Desember 2010

sejarah kerajaan islam di indonesia

nama; ambar arivah
no;4
kls;xi ipa 3
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa.
Kerajaan Demak berdiri sekitar abad ke-15 M. Pendiri kerajaan ini adalah
Raden Patah, seorang putra Raja Majapahit Kertawijaya yang menikah dengan
putri Campa. Secara geografis Demak terletak di Jawa Tengah.
Pada masa Kerajaan Majapahit, Demak merupakan salah satu wilayah
kekuasaannya. Ketika Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran akibat
perang saudara tahun 1478, Demak bangkit menjadi kerajaan Islam yang
pertama di Pulau Jawa. Candrasangkala pada Masjid Demak menyatakan
bahwa tahun 1403 Saka (1481) sebagai tarikh berdirinya Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah
kepemimpinan Raden Patah (1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa
yang sudah menganut Islam mengakui kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan
Demak meluas ke Sukadana (Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi.
Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah pimpinan putranya yang bernama Adipati
Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha
membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan
di Selat Malaka. Karena pernah menyerang ke Malaka Adipati Unus diberi
gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang pernah menyeberang ke utara).
Kerajaan Demak dianggap sebagai pusat penyebaran agama Islam di
Pulau Jawa. Ajaran Islam berkembang dengan pesat karena didukung oleh
peranan Walisongo. Demak banyak melahirkan wali, seperti Sunan Kalijaga,
Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Murya. Peranan sunan-sunan yang
berasal dari Demak ini sangat besar dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Pada masa pemerintahan Raden Patah, ia didampingi oleh
Sunan Kalijaga yang sangat berjasa dalam pembangunan Masjid Demak,
yang gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara gaya Jawa (Hindu)
dengan gaya Islam. Kehidupan sosial masyarakat Demak sudah mendapat
pengaruh Islam,
Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan
upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata
tidak berhasil.
Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, Kerajaan Demak dipimpin
oleh Adipati Unus (1518-1521). Ia menjadi Sultan Demak selama tiga tahun.
Kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana (1521-
1546) melalui perebutan takhta dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen. Untuk
memperluas daerah kekuasaannya, Sultan Trenggana menikahkan putra-putrinya,
antara lain dinikahkan dengan Pangeran Hadiri dari Kalinyamat (Jepara) dan
Pangeran Adiwijaya dari Pajang. Sultan Trenggana berhasil meluaskan
kekuasaannya ke daerah pedalaman. Ia berhasil menaklukkan Daha (Kediri),
Madiun, dan Pasuruan. Pada saat melancarkan ekspedisi melawan Panarukan,
Sultan Trenggana terbunuh. Pada masa Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan
Kerajaan Demak sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat),
Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menyebabkan kemunduran Kerajaan
Demak. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra Sultan
Trenggana) dengan Aria Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen (adik
Sultan Trenggana)). Dalam perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh
Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria
Pangiri memohon bantuan kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran
itu, Adiwijaya berhasil membunuh Aria Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya
memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa
ini menjadi akhir dari Kerajaan Demak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar